Judul:
Wastra Grantha Asmaraloka
Antologi Cerpen Wastra Filmis Nuswantara
Penulis:
Kirana Kejora, Erwita Dianti, DeYe, Denny Widya, C.B.C., Dilan S. Batuparan, Tisnawati Simowibowo, Rati Kumari, Miya’z, Kallea Dinata, Leni N. N., Novarty, Melly W., Dwi Ratna, Setyo Pratiwi, Ezri Wani, Shayan Nara, A. Ranata, Enha, Cicih Surya, Sang Sri, Utrujah Alesha, Wiwik Hartini, Rita Audriyanti, Pratiwi Nasyanti, Anastasia S. Wastuti, Gusniza, Rahayu Wijayanti, Rizanti Kadarsan, Sofia, Irma Hardiani, Upi Jamil, Reni As, Mery Brillianty, A. Deni Saputra, Wawang Santika Agustini, Hamdan In’ami, WS Arianti, Annissa Noviarny, Viana Wahyu, Geti Oktaria Pulungan, Diah Shanti Utaminingtiyas, Indah Bakti, Sendang Pradani, Wildan Chopa,
R. Dianita, Mira Djajadiredja, Velou Ra, Anna Di Syakayla, Emmy Barokah, Siti Nur Asiyah, L. Aurum, Sri Sunenti, Mokhamad Ali Rouf, Conny Taviantari, Niken Sari, Emmy Kuswandari, Dian Mulyani
Diterbitkan oleh:
Azkiya Publishing
Perum Bukit Golf Arcadia Housing F6 No. 10
Leuwinanggung Gunung Putri Bogor, 16963
Editor: Tim Miya’z
Kover dan Tata Letak: Lia Soeparno
Cetakan Pertama, 2025
xiv+390 hlm; 150 x 210 mm
ISBN:
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Sinopsis:
“Setiap helai benang yang terajut menawarkan pesan.” Banyak sekali, tiada terhitung jumlah dan besarnya, nilai warisan benda ataupun takbenda para leluhur Nuswantara yang sejatinya bertujuan utama, yaitu menyimpan dan menyampaikan pesan kebaikan masa depan bagi anak cucu.
Demikian dengan wastra, kain Nuswantara dengan 1.001 warna cerita, makna mewah dari proses pembuatannya, hingga melahirkan motif mahal dengan pemikiran dalam sebagai tuntunan kehidupan.
Elang Nuswantara, komunitas para writerpreneur pencinta Nuswantara, terus setia menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan. Buku yang dilahirkan kudu sarat pesan masa silam yang masih tersimpan dan wajib disuarakan dengan gaya kekinian.
Wastra Grantha Asmaraloka buah pikir dari 56 penulis yang bicara kisah-kisah kain Nuswantara sebagai pengikat cinta dan kasih kita dengan Semesta.
“Syal Jara dari Keisha” mengingatkan “Kembalinya Sarung Tenun Warisan” dan “Selendang Merah di Ujung Rindu” pengurai “Jejak Cinta Tenun Buton” dalam “Adiwastra Asmaranala”.
“Balawan Asmarandana” membawa “Merayau Rupa Renjana” terus berjalan dalam kembara kisah kasih sampai menemukan “Batik Teratai Ibu” yang menjadi “Penawar Jiwa dalam Puncak Segitiga”, selain “Noken Maruna” yang “Mengingatmu dalam Helai Tenun” saat “Hujan Jatuh di Pelataran”. “Selendang Terakhir Emak” mengantar “Sidoluhur Menggapai Mimpi” untuk “Mencari Relung Damai”. Lalu, “Harapan Itu Tertoreh dalam Lipatan” nan “Sebening Hati Puspa” dalam “Senandung Rindu Lokatmala” mengajak bicara “Rindu yang Bisu” dan menjadikannya “Asmarandana Rimong Batik” sampai terucap “Subahnala”. “Kawung Keduwung” telah usai sebab telah hadir sang penghibur “Batik Lukis Aira” dengan “Songket Wisuda Lastri” mewujud dalam “Sehelai Kebebasan yang Kudambakan” menjadi “Simpul Kasih Selamanya Satu” ciptaan “Sang
Datuk”. “Tumpa Tehe Matanga Masiri” untuk “Merindu Mega Mendung” ketika “Mbah, Buyutmu Kangen” mengingatkan pada “Kembang Komak Pengikat Rasa” yang bermuara “Melabuh Rindu Tanpa Temu” tetapi masih ada harapan “Kembalinya Permata dari Bumi Nyiur Melambai” begitu “Dahayu Memukau” setelah tenang membaca “Surat di Jarik Eyang”. “Lipa Sabbe Abadi” akan turut “Balut Rindumu dengan Batik Labako” sebab ada kelanjutan “Pesan Tersembunyi Batik Sidomukti Ibu”. “Lelaki dan Nirmala” sebuah kisah yang tak kalah dengan pesona “Larik
Kinasih Kain Lurik”, juga “Katakan pada Bentala” tentang “Keabadian Baleo dalam Wastra Lembata.” “Dua Lurik Terakhir” menambah elok “Dalam Balutan Jarik Ibu” sesuai
dengan “Amanah Mak Uti” yang juga berpesan tentang “Benang Takdir Ikat Bandar” untuk “Menyulam Mimpi” membuka “Cakrawala Mimpi di Langit Ende” sebagai persembahan “Simpuh Buah Hati”. “Titik Balik di Negeri Leluhur” dari “Tuntunan Tuntrum” setelah “Melepas si Biru Lepus” sebagai “Gelombang Kenangan” pada “Sekar Surya untuk Aisha” yang meninggalkan “Jejak Kawung di Kain Kenangan” bersama “Jejak Merah Saga” sembari “Nyawang Asih Nitih Wanci”.
Semua akan indah pada masanya saat kita menjalani hidup berpegang erat pada tuntunan-Nya, tak melepas pelukan-Nya. Rajutan 57 judul cerpen filmis di atas semoga pesannya sampai,
membahagiakan semuanya. Selamat membaca pesan leluhur yang sejatinya hanya satu harapannya,
“Jadilah orang baik.”
Delta Sari Indah Sidoarjo, 19 Januari 2025
Pendiri Elang Nuswantara
Kirana Kejora
Reviews
There are no reviews yet.