Pentigraf Cermin Ramadan

Rp90,000

Category:

Cermin Ramadan

Bangun di antara sujud, kudapati diriku bergetar tanpa bisa kukendalikan dan di sujud  kedua, tangisku pecah tak tertahankan.”

~Suprayitno, Tarawih Pertama di Palangkaraya~

 Sejak pagi terasa debaran yang lebih kencang dalam dadaku. Sudah 3 kali hari Sabtu, aku tidak bisa meneleponmu. Ada rasa khawatir apakah kamu baik-baik saja?”

~Ira Widyastuti, Telepon Ramadan~

 Adik yang tertangkap basah akhirnya berbicara jujur bahwa makanan itu diberikan kepada kawan-kawannya yang kurang mampu di dalam Gang Swarga.”

~Rinatalia ST Hosana, Raib~

“Astaga! Ternyata si Mbok menungguku di barongan. Rasa lega bercampur kaget. “Mbok, ku kira kuntilanak! Wes ayo pulang.”

~Rendi Indiwara, Pulang Tarawih~

Aku suka tantangan. Berselingkuh beberapa kali asal tidak meninggalkannya, dan tetap bertanggung jawab dengan hidupnya. Apa salah?”

~Fahrini, Karma~

Yah, kami sekeluarga berlebaran di rumah Mba Tika, setelah hampir satu tahun komunikasi dingin menahan kekecewaan. Mba Tika harus mengikuti agama suaminya.”

~Yunitha, Gelisah Rindu~

Dengan sedikit terisak dia memohon maaf karena terlambat setahun. Lalu dibentangkannya gamis indah itu di atas gundukan tanah di depannya.

~Husnaini Mubasyiroh, Baju Lebaran~

Aku berdiri memandang siswaku yang sedang berpuasa, sembari berkata dalam hati, “Adakah hari ini yang akan kulakukan?”

~Anita Trisnia, Gunting~

“Namun, ada hal yang lebih memukau di hadapanku sekarang ketimbang itu. Seorang pemuda berpakaian kasual nampak good looking di balik maskernya, sedang salat dalam posisi duduk.”

~Sri Rahma Wati, Jodoh Pilihan Mbok~

“Diraihnya bungkusan nasi yang masih bisa terselamatkan, segera memakannya sampai seseorang dengan pandangan teduh merampas lalu membuang nasi bungkus tersebut.”

~ Diana Mulawarmaningsih_Nasi  Pertama~

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Pentigraf Cermin Ramadan”

Your email address will not be published. Required fields are marked *