Awan dan Biru
Oleh: Abdul Azis
Pagi hari tepat jam 06.00 WIB dering alarm berbunyi pertanda pagi sudah datang, ya ini kisah manusia tapi bernama Awan sungguh langka kan? Dia hidup bersama keluarga yang mewah dan manja, semua yang anak muda inginkan pasti sudah ia miliki, begitulah enaknya menjadi anak sultan.
Setelah alarm membangunkannya, ia tidak langsung pergi untuk siap-siap berangkat Sekolah, ia malah asik memainkan handphone untuk bersosial media upload Instagram story lah, dan scroll-scroll Instagram hingga akar, pokoknya hidupnya penuh dengan berleha leha.
“Tok tok tok,” suara ketukan pintu kamar Awan.
Ia pun langsung bergegas bangun dari ranjang dan membuka pintu.
“Wann ayah udah cape ngingetin kamu tiap pagi untuk langsung siap-siap mandi, kamu kan sekolah Wan!” ucap ayah Awan yang bernama Pak Lukman.
“Ahhh iya pak iya, Awan mau langsung mandi janji,” Awan agak kesal.
“Ok ayah tunggu kamu sarapan di ruang makan ya, makanan udah siap semua.”
“Iya pak iyaaa!” sebari agak membentak.
Setelah merasa nyaman berebahan dia lanjut untuk menepati janjinya yaitu mandi, walau ia selalu malas untuk mandi pagi menurutnya itu adalah kegiatan yang membosankan. Setelah selesai mandi dan berpakaian sekolah ia lanjut untuk menuju ruang makan. Ya biasalah soal makan ia nomor satu. Setelah sampai di ruang makan ia merasa biasa saja, toh tiap hari pasti banyak hidangan yang di hidangkan. Makanan favoritnya adalah steak Marinade, cuma kalangan elit yang bisa menikmati makanan mahal itu.
Ban motor berputar sembari ia dorong menuju keluar, saatnya ia berangkat menuju sekolah. Pagi sih, tapi waktu sudah menunjukan 07.30 WIB jarak ke sekolah lumayan jauh, sudah pasti ia akan telat, ya sudah rutinitasnya begitu.
Suara mesin motor menyala ia melanjutkan untuk pergi ke sekolah, angin bertiup pelan seraya mentari pagi bersinar dan embun yang mulai hilang pada saat itu. Setelah menikmati angin segar dari belakang tiba-tiba ada yang memanggil.
“Wannn!” ternyata itu adalah suara teman nongkrong Awan.
Awan pun balik arah dan langsung menghampiri temannya.
“Wan mending ngopi dulu di sini temenin gua,” ujar Randi.
“Duh gua hari ini ada ulangan jam pertama gimana ya?” balas Awan sambil garuk-garuk kepala.
“Lah ulangan mah gampang gua aja selalu bolos kok, gak dipanggil BK kan sampai sekarang juga” ucap Randi.
“Ya udah deh gua ngopi dulu aja disini dah,” ucap Awan.
Ia lanjut duduk bersama satu temannya yang bernama Randi. Dan Randi pun memesankan segelas kopi untuk Awan, selama di warung kopi mereka mengobrol santai.
“Eh Ran berangkat sekarang yo, ini kita udah telat banget,” ucap Awan sebari raut muka ketakutan.
“Okelah Hayyu meluncur,” ujar Randi.
Sesampai di sekolah.
“Tuh kan Ran gerbangnya udah ditutup kita udah telat,” ucap Awan.
“Ya udah kita lewat pagar di belakang sekolah aja,” ujar Randi.
“Ya udah hayuuu yang penting kita bisa masuk.”
Mereka lanjut ke belakang sekolah dan langsung menaiki pagar bergantian, dan akhirnya berhasil, namun setelah berjalan ke depan mereka terciduk oleh Bu Sukma yaitu guru BK di sekolah Awan.
“Hmm … bagus-bagus Nak!” ucap Bu Sukma.
“Ampun Bu ampunan” ucap Awan dan Randi sebari menyesal.
“Ayo ikut ibu ke ruang BK sekarang!” sebari menjewer telinga Awan dan Randi.
“Iya Bu iya tapi sakit Bu.”
“Lah diem kalian ini udah salah ngeyel.”
Di ruang BK Awan dan Randi dikejutkan oleh siswi baru yang sedang mengobrol dengan guru BK yang lain, namun saat itu juga Bu Sukma membentak.
“Kalian malah melong ke siswi baru itu dasar ya!” ucap Bu Sukma.
Akhirnya mereka duduk dan langsung dinasehati oleh Bu Sukma, namun Awan menyelah pepatah Bu Sukma dan berkata.
Reviews
There are no reviews yet.