Judul : Kampus, Kos, Kita dan Kisahnya
Penulis : TH Dewi Setyorini, Sutino Haliman, dkk
Ukuran : 14 x 20 cm
Prakata
Bermula dari chat, yang berisikan cerita-cerita kita tentang waktu itu (masa mahasiswa) di group media sosial. Menginspirasi untuk merangkumnya dalam sebuah media, yang lebih terbuka dan dibagikanagar dinikmati oleh anak, keluarga, teman bahkan semua kalangan. Tidak hanya terbatas dalam Group Whatsapp yang eksklusif. Maka ide untuk menjadikannya buku pun dilaksankaan. Kisah yang walaupun dari kehidupan yang serius, tapi disampaikan dengan cara yang khas mahasiswa psikologi yang menyetuh afeksi tapi tetap santai. Maka terwujudlah karya bersama itu, buku yang sekarang Anda pegang ini.
Sangat beragam kisah 33 tahun yang lalu dituangkan dalam buku ini. Walaupun sebagian besar bertutur tentang saat-saat awal, sebelum diterima sebagai mahasiswa di UGM, lebih khusus lagi di fakultas psikologi. Diterima, kos, kuliah dan kemudian berjuang hingga lulus. Teman-teman yang berjuang dari luar Jawa untuk bisa diterima, seperti yang disampaikan oleh Sutino, A.Riyadl, Caecilia Sri, Mami Paramita dan A. Rizvi. Bagaimana mereka menghadapi kesulitan dan “shock culture” dengan budaya di tanah raja Jawa ini.
Kuliah di universitas negeri pada masa Orde Baru adalah perjuangan yang masuk akal. Bagaimana harapan orangtua adalah menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik, dengan biaya yang tentunya masih dapat ditanggung. Maka tak ada pilihan lain, kecuali memanfaatkan subsidi pemerintah yang disalurkan di Universitas Negeri. Itu sebabnya perjuangan menembusnya, bukan hanya dari pulau Jawa, bahkan juga dari siswa dari luar Jawa. Perjuangan orang daerah ke pusat pendidikan dan peradaban di Jawa ini di tuturkan oleh Sutino, Riyadl, Dian Wiryatmo, Mami Paramita, Hikmah Pratiwi dan Afiani Rizvi.
Walaupun kuliah di Psikologi namun tidak semua awalanya memiliki cita-cita kuliah di psikologi, bagaimana perjalanan hidup membawa mereka menjadi bagian dari keluarga besar alumni psikologi. Silahkan di simak dari cerita Adelina Syarif, Hikmah Pratiwi, Caecilia, dan Ibnu Djamaludin.
Atau mereka yang pertama kali meninggalkan rumah dan harus hidup sendiri di kota orang lain. Cerita ini bisa di simak dari Mayasari, Purwati Harini, dan Lili Nur Amalia.
Masih banyak lagi yang menarik untuk diambil dari perjuangan hidup untuk biaya hidup, kos dan kuliah. Bagaiamana keadaan ekonomi yang sangat erat dengan kehidupan mahasiswa dan kampus ndeso ini. Kisah ini dituturkan oleh Sutino Haliman, Nur Sa’adah, Guntoro Utamadi, Anita Zulkaidah dan Fuad Nashori.
Perjuangan bukan hanya tentang beban hidup, namun juga dinamika kehidupan kemahasiswaan. Dikenal dengan Matriks 4K (Kampus, Kos, Kuliah dan Kegiatan). Keberadaan mahasiswa memang di antara Kampus dan Kos, tapi di kampus bukan hanya kuliah ada juga Kegiatan kemahasiswaan. Cerita 4K ini akan dapat dinikmati dari penuturan Ani Reputrawati, Anita Zulkaidah, Mami Pramita, Rahmat Hidayat, Alva Nadia, Fuad nashori dan Afiani Rizvi. Kisah romantika KKN disajikan oleh TH Dewi Setyorini. Sebaliknya kisah nyata “dunia lain” dari saksi hidup Silih Agung W.
Perjuangan berikutnya adalah tentang bagaimana keluar dari kampus tercinta. Lulus dan Wisuda. Ternyata keluar tidak semudah masuknya. Butuh bertahun-tahun untuk bisa keluar. Jika Anda mahasiswa, maka nikmati dan resapi kisah perjuangan tersebut dari tulisan Siti Latifah, Adelina Syarif, Christina Anggraini, Rahmat Hidayat, Sri kurnianingsih, Dian Wiryatmo, Alva Nadia, dan Afiani Rizvi.
Kisah ini diakhiri dengan penuturan tentang 7 rekan-rekan yang sudah mendahului menumui Khalik nya. Di sampaikan di bagian teman-teman dalam kenangan.
Demikianlah kisah dari sebagian mahasiswa Psikologi Universitas Gadjah Mada, angkatan 1988. 24 orang dari 120 mahasiswa seangkatan. Sesungguhnya masih banyak lagi yang bisa kita serap pelajaran dari perjalanan hidup rekan lain, yang belum menuliskannya di buku ini. Semoga niat untuk berbagi kisah, dan (jika kisah ini juga) berbagi kebajikan yang membawa kebijakan, bagi para penikmatnya. Semoga semangat menuliskan perjalanan hidup ini akan terus berlanjut, di antara rekan-rekan seangkatan, sefakultas, sekampus dan semua orang.
Mohon maaf jika masih ada hal yang menyinggung atau tidak berkenan. Pastinya hal itu bukan kesengajaan dari para kontributor penulis. Terima kasih, selamat menikmati warisan kisah ramai-ramai ini
Editor
Bekasi, Maret 2021
Reviews
There are no reviews yet.